Ulama lainnya yang jadi ulama besar di abad ini yang dulunya memiliki basic kuliah umum S-1 Bahasa Spanyol, yaitu Syaikh Abu Ishaq Al-Huwaini Al-Atsari Al-Mishri. Beliau dikenal bersama sebagai ulama pakar hadits terkemuka saat ini sepeninggal Syaikh Al-Albani. Nama asli beliau adalah Hijazi bin Muhammad bin Yusuf bin Syarif. Orang tuanya menamainya Hijaz setelah kepulangan dari haji dari Hijaz, maksudnya Saudi Arabia saat ini.
Awalnya beliau memiliki nama kunyah Abu Al-Fadhl, sama seperti nama kunyah dari Ibnu Hajar. Lalu beliau banyak mempelajari kitab Abu Ishaq Asy-Syatibi, ia pun suka akan kunyahnya. Nama kunyah tersebut juga adalah nama kunyah dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu. Hingga saat ini beliau terkenal dengan nama Abu Ishaq Al-Huwaini.
Beliau menisbahkan diri pada nama Al-Atsari karena beliau menyibukkan diri dengan atsar atau ilmu hadits. Beliau mengikuti ulama hadits dalam hal akidah dan manhaj. Beliau sudah makruf disebut dengan Al-Atsari, demikian di awal karya tulis beliau tercantum penyebutan itu. Namun beliau meninggalkan gelar tersebut dalam penyebutan nama demi meringkas dan juga khawatir disangka terlalu berbangga diri atau menyucikan diri. Akan tetapi, jika maksud menyebut Al-Atsari cuma pengabaran semata, maka tidaklah masalah.
Beliau lahir pada hari Ahad, pada bulan Dzulqa’dah tahun 1375 H (bertepatan dengan 10 Juni 1956). Beliau lahir di daerah yang bernama Huwain.
Syaikh Al-Huwaini tumbuh di keluarga yang shalih dan keluarga yang dimuliakan yang memiliki fitrah yang selamat. Orang tuanya sangat cinta pada agamanya dan sangat mengagungkan syariat Islam.
Ayahnya menikahi tiga wanita dan memiliki 8 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Syaikh Abu Ishaq adalah anak dari istri ayahnya yang ketiga.
Jenjang beliau dalam menuntut ilmu:
- Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah di Wazariyah.
- Pendidikan I’dadiyah Al-Qadimah.
- Pendidikan Ats-Tsanawiyah di Madrasah Asy-Syahid ‘Abdul Mun’im Riyadh.
- Kuliah di Jami’ah ‘Ain Syams, Fakultas Adab, Jurusan Bahasa Spanyol di Mesir.
- Diutus ke Spanyol karena kecerdasannya saat di bangku kuliah namun beliau hanya bertahan dua bulan di sana karena banyak terjadi pertentangan yang menyelisihi agamanya.
Syaikh Al-Huwaini mulai mempelajari hadits ketika awalnya ia dinilai memiliki qira’ah yang bagus yang ia peroleh dari Syaikh ‘Abdul Hayyi Zayyan. Sebelumnya beliau mengambil kuliah syari’at namun hanya sebentar. Dilanjutkan dengan mengambil kuliah hadits. Sejak itulah beliau mulai menebarkan sunnah di lingkungannya yang notabene terpengaruh ajaran sufi. Akhirnya, beliau sendiri dituduh membawa ajaran baru.
Petualangan beliau dalam mempelajari hadits berlanjut hingga bertemu dengan Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah. Kisah beliau dengan Syaikh Al-Albani mulai dari pembahasan kitab Sifat Shalat Nabi min At-Takbir ila At-Taslim dan kitab karya Syaikh Al-Albani lainnya.
Di antara guru Syaikh Abu Ishaq adalah Syaikh ‘Abdul Hamid Kasyk, Syaikh Muhammad Jamil Ghazi, Syaikh ‘Abdurrahman ‘Abdul Khaliq, Syaikh Dr. ‘Abdul Fatah Al-Halwu, Syaikh Ahmad Muqir dan Syaikh Sayid Sabiq yang terkenal dengan Fiqh Sunnahnya. Walaupun dalam beberapa masalah Syaikh Abu Ishaq menyelisihi guru-gurunya. Namun Syaikh Abu Ishaq teta menaruh hormat pada mereka.
Begitu pula Syaikh Al-Albani adalah di antara guru beliau. Bahkan ada pujian khusus yang disematkan oleh Syaikh Al-Albani pada Syaikh Abu Ishaq ketika Syaikh Abu Ishaq mendhaifkan hadits tersebut sedangkan Syaikh Al-Albani menshahihkannya, “Syaikh Abu Ishaq sangat mumpuni sekali dalam ilmu hadits dan paham akan perawi-perawi dalam sanad. Ia bisa menjelaskan sebaik-baiknya. Semoga Allah membalas amalannya. Akan tetapi, moga ia bisa mengikuti penjelasanku bahwa hadits yang dimaksud sebenarnya shahih berdasarkan tiga jalur periwayatan. Agar tidak dipahami bahwa hadits tersebut dha’if secara mutlak dilihat dari sisi sanad dan matan.” (As-Silsilah Ash-Shahihah, 7: 1677)
Pujian lainnya pada Syaikh Abu Ishaq, Syaikh Al-Albani berkata,
صَحَّ لك ما لم يصحَّ لغيرك
“Ada hadits yang shahih bagimu namun selainmu tidak menganggapnya shahih.”
Di antara ulama besar yang pernah beliau ambil ilmu dalam muhadarahnya: Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Syaikh ‘Abdullah bin Qa’ud, Syaikh ‘Abdullah bin Jibrin.
Karya-karya Syaikh Abu Ishaq Al-Huwaini begitu banyak terutama dalam ilmu hadits dalam hal tahqiq dan takhrij hadits, ada yang sudah dicetak dan ada yang belum.
Ternyata dengan ilmu dunia, Syaikh Abu Ishaq merasa belum cukup. Ia ingin mendalami ilmu agama terutama ilmu hadits. Moga bisa jadi contoh bagi para ilmuwan saat ini.
Referensi:
http://alheweny.me/pages/page/about
—
Diselesaikan 10: 20 AM, 25 Dzulhijjah 1436 H di Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com
Ikuti update artikel Rumaysho.Com di Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat (sudah 3,6 juta fans), Facebook Muhammad Abduh Tuasikal, Twitter @RumayshoCom, Instagram RumayshoCom
Untuk bertanya pada Ustadz, cukup tulis pertanyaan di kolom komentar. Jika ada kesempatan, beliau akan jawab.